Selasa, 28 Agustus 2012

Alasan tentang Rancangan Jembatan Semanggi



    Mengapa persimpangan jalan raya dan jalan bebas hambatan harus dibuat begitu rumit dengan lengkungan, tanjakan dan turunan?

                Rancangan itu dimaksudkan untuk melancarkan arus lalu lintas, termasuk aliran dana ke kantong-kantong perusahaan kontraktor dan semua pihak terkait, termasuk orang-orang pemerintahan. Maksudnya, jembatan semanggi memungkinkan orang belok kanan tanpa harus memotong arus pemakai jalan dari arah depan.
                Ketika jalan raya dan jalan bebas hambatan mulai dibuat, para insinyur harus membayangkan cara mengalirkan arus lalu lintas dari jalan raya yang satu ke jalan raya yang bersilangan tanpa menghentikan lalu lintas yang berlawanan. Karena di Indonesia lalu lintas berjalan di sebelah kiri, belok kiri bukan masalah. Kita tinggal masuk ke jalan keluar. Tidak demikian halnya dengan belok kanan karena ini orang harus memotong arus lalu lintas dari arah depan. Dengan rancangan seperti jembatan Semanggi, kita dapat berbelok 90 derajat ke kanan dengan cara berputar 270 derajat ke kiri.
                Sekarang coba bayangkan. Sebuah lingkaran penuh adalah 360 derajat, maka berputar 360 derajat sama dengan kembali ke arah semula. Jika dua buah jalan raya saling bersilangan saling tegak lurus, belok kanan berarti berputar 90 derajat ke kanan. Akan tetapi kita akan mendapatkan hasil yang sama dengan berputar tiga kali ke kiri, masing-masing sebanyak 90 derajat. Ini sama dengan ketika kita ingin belok ke kanan di jalanan tetapi menjumpai tanda “Dilarang Belok Kanan”. Apa yang kita perbuat?Biasanya, di persimpangan berikutnya kita boleh belok kiri tiga kali sampai masuk ke jalan yang dikehendaki. Inilah yang terjadi pada jembatan semanggi, rancangannya membuat kita berputar 270 derajat menngitari tiga perempat sebuah lingkaran, sampai menyilang entah ke atas atau ke bawah arus lalu lintas yang berlawanan sesuai keperluan.
                Sebuah jembatan semanggi atau highway interchange adalah sebuah jembatan layang dengan rancangan berdaun empat, bukan dua atau tiga karena ada empat arah arus lalu lintas yang berbeda, misalnya arah utama, timur, selatan dan barat. Masing-masing harus bisa belok kanan.(Robert L. Wolke)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar